#1 Sesuaikan dengan kesukaan anak
Mulailah dengan mengajarkan berbicara pada hal-hal dan permainan yang anak suka. Anak kita pasti memiliki “musim” mainan kesukaannya. Misal, lagi seneng dinosaurus, lagi seneng hewan, lagi seneng kendaraan, maka tema bermain untuk stimulasi bicaranya disesuaikan dengan interest mereka. Dengan begitu, perhatian mereka bisa lebih terpusat.
#2 Kembali bermain sensori: pondasi belajar
Bermain untuk stimulasi bicara juga tidak melulu harus “terapi wicara” alias ngajak ngobrol, kita bisa variasikan dengan permainan-permainan sensori seusianya, untuk mengokohkan pondasi belajarnya. Bunda Ayah pernah tau tentang Pyraminds of Learning?
Dari piramida di atas, kita mengetahui bahwa tahapan terbawah anak belajar itu adalah penguatan sensori Bagaimana rangsangan visual, suara, sentuhan dan lainnya itu diterima dan direspon oleh sistem-sistem indera anak. Oleh karena itu, para pakar mengingatkan, untuk memiliki suatu kemampuan/keahlian. seorang anak sebaiknya menyelesaikan tahapan penguatan sistem sensori dengan baik. Aku juga pernah dengar cerita para dokter spesialis tumbuh kembang dan psikolog, bahwa jika ada gangguan belajar atau sistem motorik pada anak, biasanya diikuti dengan gangguan sensori juga.
Sama halnya dengan gangguan berbicara pada anak, kita bisa perbanyak latihan sensori untuk penguatan pondasi bicara.
#3 Hindari gadget sebagai media belajar
Hari ini persentase anak dengan gangguan perkembangan bicara meningkat pesat, efek dari paparan gadget yang banyak di sekitar kita. Perbanyak grounding, bermain di alam, bermain langsung dengan orang tua, kurangi atau bahkan hilangkan screen time untuk anak-anak yang sedang belajar berbicara.
#4 Mainan edukatif: Less is better
Salah satu akar masalah gangguan bicara pada anak normal adalah gangguan atensi/pemusatan perhatian. Salah satu hal yang membuat anak tidak fokus adalah terlalu banyak memiliki mainan sehingga anak merasa overstimulasi. Otak anak akan bingung mencerna, belum selesai satu mainan dipahami, mainan lain sudah “di depan mata”, akhirnya anak tidak terbiasa belajar dengan sabar.
Hindari juga mainan-mainan yang berbunyi lagu-lagu ketika dipencet, biasakan anak mendengar suara-suara asli: lisan orang tuanya, suara alam, suara hewan, dan bunyi-bunyi biji-bijian dalam botol yang ia gerakkan, bunyi air dan plastik yang dia mainkan, sehingga ia jauh dari resiko terpapar radiasi elektromagnetik yang berlebihan.
Oleh karena itu, mainan sedikit itu yang terbaik. Para ahli juga berkata “the best toy is parent’s body”. Artinya, tidak perlu banyak mainan edukatif yang dihadirkan di rumah, namun fokuslah pada kualitas dan tujuan dari permainan; menggunakan apapun yang ada di lingkungan sekitar. Anak yang fokus adalah tanda kesiapan menerima informasi baru, anak yang fokus adalah tanda kesiapan belajar hal yang baru, termasuk belajar mengucapkan kata-kata.
Jika semua saran stimulasi bicara di rumah sudah dilakukan dengan maksimal, lalu anak tidak menunjukkan perkembangan bicara yang signifikan, ada baiknya Ayah Bunda langsung konsul ke dokter anak. Saranku, ada beberapa jenis dokter yang bisa ditemui:
- Dokter spesialis anak subspesialis saraf
- Dokter spesialis anak subspesialis tumbuh kembang
- Dokter spesialis rehabilitasi medik
- Psikolog anak
Ketiganya dapat mendiagnosis perkembangan bicara anak kita. Jika nanti harus saling merujuk, kita akan dipertemukan dengan intervensi yang tepat, misal apakah harus ada sesi terapi dengan terapis wicara, terapis sensori integrasi, atau hanya butuh stimulasi mandiri di rumah.
Semangat Ayah Bunda!