Pengalaman Konsul ke Subspesialis Endokrin, dr. Faisal Al Bukkar, SpA
in Curhat Ibu on September 10, 2024Aku dan suami membawa anak laki-lakiku yang berusia 3 tahun 10 bulan bertemu dengan dokter Faisal. Pada skrining awal, beliau melihat titik BB dan TB anak kami pada diagram pertumbuhan, dan terpantau ada di posisi garis kuning menuju merah dan melandai. Tapi gizinya alhamdulillah masih gizi baik (memang perawakannya proporsional). Kami pun menyampaikan keluhan-keluhan dengan detail yang selama ini dirasakan, termasuk pertambahan BB dan TB yang “terlihat” tidak adekuat, perawakan fisik yang “lebih kecil” dari teman-teman seusianya, dan beliau pun dengan tenang menjawab secara rinci: anak Ibu Bapak baik-baik saja, namun ada beberapa hal yang terdiagnosis:
1) Small penis
Setelah diperiksa, ternyata ukuran penis anak kami lebih kecil dibandingkan dengan seusianya, tapi masih normal, yang mungkin berpengaruh terhadap hal ini adalah dia mengalami pubertas terlambat, misalnya teman-temannya sudah mulai puber pada usia 11-13, mungkin dia di usia 14 tahun. Alhamdulillah secara fungsi tidak ada masalah. Lalu dokter pun bertanya mungkin di antara Ibu dan Bapak, ada yang telat puber? Bapaknya pun menjawab iya. Jadi wajar banget ada kemungkinan menurun ke anaknya.
2) Usia tulang/bone age
Dokter Faisal memberikan rujukan ke bagian Radiologi agar anak kami dironsen tangannya untuk melihat usia tulang. Ternyata, hasil yang didapat adalah usia tulang anak kami memang lebih muda dibandingkan dengan usianya, gap nya sekitar 6 bulan. Dokter pun masih bilang wajar, dan tidak perlu tambahan hormon pertumbuhan. Malah beliau menyarankan untuk menjaga BB/TB proporsional, jangan sampai kegemukan dan obesitas supaya tulangnya tidak cepat tua.
3) Tinggi potensi genetik
Nah, bagian inilah yang menurutku berbeda dari kebanyakan dokter yang kutemui. Sering, kan, kita mendengar: sebelum usia 5 tahun, anak itu harus sesuai garis pertumbuhannya, tidak ada pengaruh genetik. Tapi sebenarnya ada 🥹 Dokter Faisal pun bertanya kepada aku dan suami tentang berapa tinggi badan kami, dan mulai menghitung tinggi potensi anak kami… dan hasilnya… ya memang kemungkinan lebih pendek dari teman-teman seusianya. Kami pun berefleksi diri🥲 benar juga ya, di antara teman perempuan saya, saya memang paling pendek, dan di antara teman laki-laki suami, suami pun paling pendek. Dokter Faisal pun melanjutkan “ini sudah bersifat given, kita hanya bisa memaksimalkan tinggi potensi genetik supaya bisa + 7cm”
Di satu sisi rasanya legaaaaaa sekali, memang sudah takdirnya ternyata. Selama ini mungkin banyak orang tua yang “dihantui” kalimat: genetik tidak penting, cek nutrisi! Tapi banyak juga yang tetep gak selesai masalahnya setelah cek nutrisi, jangan-jangan kasus kita mirip Bu, Pak!
Disclaimer: untuk memastikan diagnosa ini memang karena genetik atau karena kekurangan nutrisi, harus tetap kesimpulan dari dokter anak, ya. Jangan diagnosis sendiri, jadi tetep berangkat ke dokter anak, ya Pak Bu!
**
Di sela-sela diskusi dan ngobrol dengan dokter Faisal, beliau selalu menekankan untuk bersyukur, mengingatkan lagi tentang anak adalah amanah dari Allah, memotivasi secara mental (dan spiritual), masya Allah jadi adem ke hati dan bisa lebih mindful lagi membersamai tumbuh kembang anak. Alhamdulillah. Kalau lihat postingan IG beliau juga sarat pelajaran. Kisah dari kamar praktek, tentang perjuangan pasien dan keluarga pasien beliau menbuat kita semakin “eling” lagi bahwa kita tidak sendirian. Semua punya ujian hidupnya masing-masing. Terima kasih banyak, Dok, ilmu dan pelajaran hidupnya!
Perjalanan mengantar anak “jajan dokter anak”, mengajarkan kita bahwa tidak ada anak yang sempurna. Setiap orang tua diuji dengan porsi yang berbeda-beda. Ada yang diuji anak sakit berat, ada yang diuji anak catat fisik, ada yang diuji anak keterbatasan mental dan kognitif, kelainan hormon, ada juga yang diuji dengan anak berperilaku menantang. Semangat para orang tua hebat di luar sana! Bertahanlah, perjuangan kita tidak akan sia-sia, aamiin…
-Cerita dari Ibu L, Bandung