Halo, aku mau sharing pengalamanku nganter anak laki-lakiku usia 3 tahun 10 bulan yang sudah seriiing banget “jajan” dokter anak (alias) ganti-ganti dokter karena keluhannya gak hilang-hilang.
Seperti kebanyakan orang tua lainnya, kami berangkat ke dokter anak karena alasan: masalah BB dan TB anak. Sejak usia sekitar 2 tahun lebih (setelah disapih), kalau ngeplot BB dan TB di PRIMAKU, anakku menunjukkan progress yang gak terlalu bagus. Naik sih, tapi gak adekuat. Kadang juga gak naik tapi aku selalu pake alasan “oh iya kemarin habis sakit”. Dan terus seperti itu hingga denial ini pun diaminkan oleh banyak dokter anak yang sudah kami temui. Kami pergi ke dokter anak subspesialis nutrisi dan metabolik, subspesialis paru, bahkan dokter spesialis gizi, dan semua bilang baik-baik aja. Ada sih evaluasi minor kayak; jangan lupa tambah protein, boleh tambah multivitamin hariannya, yang bisa dilakukan di rumah tanpa intervensi obat apapun. Kami sudah lakukan semua saran dokter di atas semuanya, tapi keluhan anak kami belum selesai juga.
Oh, ya, FYI untuk orang tua yang anaknya punya masalah BB, biasanya akan ada evaluasi awal tentang:
- makannya apa aja? seberapa banyak dalam sehari? bagaimana kemampuan oromotornya?
- Aktivitas fisik hariannya?
- Bagaimana pola tidurnya?
jika ada 1 dari hal hal di atas yang masih bermasalah lalu status gizi anak masih baik, biasanya dokter-dokter masih sabar untuk mengevaluasi kembali di rumah, ngasih “PR” tentang menu makanan, pola tidur, maupun aktivitas fisik. Nah kondisi ini biasanya kita para orang tua suka menyerah duluan, pengennya langsung tes lab darah aja gak sih? Pengennya langsung suplemen atau sufor aja gak sih?
Jujur sering banget aku mengalami hal ini, tapi berterima kasih sekali untuk dokter yang ngasih PR, orang tuanya jadi belajar lagi di rumah (dengan sabar dan tidak sabar hehheeh)
Nah ketika poin-poin di atas udah gak bermasalah tapi ternyata pertumbuhan anak masih gak adekuat, ada beberapa skrining laboratorium yang akan dilakukan, di antaranya:
- cek infeksi
- cek darah untuk kemungkinan anemia defisiensi zat besi (ADB)
- cek mantoux dan ronsen paru untuk kemungkinan infeksi tuberculosis (TB)
- cek urin untuk kemungkinan ISK (infeksi saluran kemih)
- cek level vitamin D dan kalsium
- cek alergi (jarang banget tapi biasanya anak tipikal alergi juga akan bermasalah ke pertumbuhan)
Sebenarnya, untuk kasus anakku ini gak ada keluhan lain selain BB dan TB yang kurang (menurut kami), karena kalau dari ciri-ciri sehat lainnya:
- anaknya gampang makan, semua makanan ga ada yang ditolak
- Porsi dan kalori pun terhitung cukup
- nafsu makan baik
- tidur cukup
- perkembangan lainnya (bicara dan kognitif) baik-baik aja
Tapii, ketika lihat garis pertumbuhannya, tinggi dan beratnya mendatar beberapa bulan. Bahkan kalau dia berdiri di sebelah yang seumuran (dan yang dibawah umurnya beberapa bulan) baru deh keliatan pendek dan kurusnya 😩 insecure rasanya… dan selalu dapet komentar “makannya gak banyak ya” “ayo minum susu biar tinggi”
rasanya pengen teriak “porsi makan dia aja masih lebih banyak dari anak-anak seumurannya” astaghfirullah
Setelah muter-muter dokter dan belum juga dapat pencerahan, suatu hari kami datang ke RS Melinda 2 di Kota Bandung dan bertemu dengan dokter anak subspesialis endokrin, Dokter Faisal Al Bukkar, S.pA (k). Dan pertemuan ini sebenarnya tidak direncanakan karena pas jadwal praktek beliau itu hari Sabtu-Minggu, anak kami sakit dan kami ingin periksa aja ke poliklinik anak yang tersedia, siapapun dokternya.
Dan hasilnya…
Masya Allah, Allahu akbar! Benar-benar kayak dapat petunjuk dari semua pertanyaanku tentang pertumbuhan anakku ini.
Aku akan rangkum “pelajaran-pelajaran” berharga yang ku dapat dari dokter Faisal di postingan berikut